Definisi
Identitas Diri
Erickson (1974) berpendapat bahwa identitas diri
adalah identitas yang menyangkut kualitas “eksistensi” dari subjek, yang
berarti bahwa subjek memiliki suatu gaya pribadi yang khas. Oleh karena itu,
identitas diri berarti mempertahankan ‘suatu gaya keindividualitasan diri
sendiri’ (Rahma & Reza, 2013). Menurut Sunaryo (2004) identitas diri adalah
kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian,
sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh
(Wahyuni & Marettih, 2012). Sedangkan Menurut Erickson (1950, 1968)
identitas diri adalah pencapaian pribadi
utama di usia remaja dan sebagai langkah penting menuju sosok dewasa yang
produktif dan berguna. (Berk, 2012).
Berdasarkan definisi para ahli, dapat disimpulkan
bahwa identitas diri adalah identitas yang menyangkut kualitas eksistensi
individu yang bersumber dari pengamatan dan penilaian akan diri individu
sehingga membentuk konsep diri yang menjadi satu kesatuan serta sebagai langkah
menuju dewasa yang produktif dan berguna bagi lingkungan sosial.
Aspek-Aspek
Identitas Diri
Identitas diri merupakan gambaran diri
yang tersusun dari berbagai aspek, antara lain sebagai berikut (Berk, 2012):
·
Jejak karir dan
pekerjaan yang ingin dirintis seseorang (identitas pekerjaan/karir)
·
Apakah seseorang
itu konservatif, liberal, atau berada diantara keduanya (identitas politik)
·
Keyakinan
spiritual seseorang (identitas spiritual)
·
Status seseorang
apakah lajang, menikah, bercerai, dan seterusnya (identitas relasi)
·
Sejauh mana
seseorang termotivasi untuk berprestasi dan intelektualitasnya (idenitas
prestasi, intelektual)
·
Apakah seseorang
itu heteroseksual,homoseksual atau bisesksual (identitas seksual)
·
Latar belakang
Negara seseorang dan seberapa kuatkah orang itu beridentifikasi dengan budaya
asalnya (identitas budaya atau etnik)
·
Hal-hal yang
senang dilakukan seseorang seperti olahraga, hobi, music, dan sebagainya
(minat)
·
Karakteristik
kepribadian individual seperti introvert atau ekstrovert, bersemangat atau
tenang, bersahabat atau kasar dan seterusnya (kepribadian)
·
Citra – tubuh
individu tersebut (identitas fisik)
Dimensi
Identitas Diri
Menurut Erickson
terdapat tujuh dimensi yang terdapat dalam identitas diri seseorang,
antara lain (Santrock, 2003):
1.
Genetik. Menurut
Erickson perkembangan identitas adalah suatu hasil yang meliputi pengalaman
individu pada lima tahap pertama dari perkembangan.
2.
Adaptif.
Perkembangan identitas remaja dapat dilihat sebagai suatu hasil atau prestasi
yang adaptif. Identitas adalah penyesuaian remaja mengenai
keterampilan-keterampilan khusus, kemampuan, dan kekuatan ke dalam masyarakat
di mana mereka tinggal.
3.
Struktural.
Kebingungan identitas yang terjadi merupakan suatu kemunduran dalam perspektif
waktu, inisiatif, dan kemampuan untuk mengkoordinasikan perilaku di masa kini
dengan tujuan di masa depan. Kemunduran tersebut menunjukkan adanya defisit
secara struktural.
4.
Dinamis.
Erickson yakin bahwa identitas terbentuk ketika manfaat dari identifikasi
berakhir. Proses ini muncul dari identifikasi masa kecil individu dengan orang
dewasa yang kemudian menarik mereka ke dalam bentuk identitas baru, yang
sebaliknya menjadi tergantung dengan peran masyarakat bagi remaja.
5.
Subjektif.
Menurut Erickson individu dapat merasakan suatu perasaa kohesif maupun tidak
adanya kepastiaan dalam dirinya.
6.
Timbal balik
psikososial. Perkembangan identitas merupakan representasi jiwa diri, hubungan
dengan orang lain, komunitas, dan masyarakat.
7.
Status
eksistensial. Remaja menurut Erickson sama seperti seorang filsuf
eksistensialisme yang mencari arti dalam hidupnya serta arti hidup secara umum.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Identitas Diri
Menurut Purwadi (2004), terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi identitas diri seseorang, faktor tersebut
meliputi :
·
Tingkat
identifikasi pada orang tua sejak masa kanak-kanak hingga mencapai masa remaja.
Sebab orang tua adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak. Semua sikap dan
perilaku orang tua menjadi sumber identifikasi bagi anak, dan selanjutnya menjadi
bagian dari komponen pembentuk identitas dirinya.
·
Gaya pengasuhan
yang diterapkan oleh orang tua atau pihak yang mengasuh dan merawat individu
tersebut. Penelitian Purwadi (2000) menunjukkan bahwa pengasuhan orang tua
memiliki hubungan yang signifikan dengan pembentukan identitas diri remaja.
·
Keberadaan
figure tokoh sukses yang dilihat remaja dapat memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam pembentukan identitas diri remaja. Remaja melihat, menilai,
dan menemukan nilai-nilai yang dianggap baik ada pada figure tokoh tersebut,
selanjutnya diinternalisasikan ke dalam dirinya untuk dijadikan bagian dari
pembentuk identitas dirinya.
·
Harapan sosial
tentang identitas seseorang. Harapan-harapan itu muncul dalam keluarga,
sekolah, dan teman sebayanya. Setiap individu akan selalu menghadapi tuntunan
itu. Individu yang bergaul dengan lingkungannya selalu berhadapan dengan nilai
atau kriteria yang dipandang utama menurut ukuran masyarakat dimana individu
tersebut berbeda. Kriteria tersebut, secara langsung maupun tidak langsung akan
membuat individu berusaha untuk dapat memenuhinya . setiap individu ingin
dipandang oleh orang-orang sekitar sebagai orang baik, dan memenuhi tuntutan
masyarakat sekitarnya. Maka, kriteria tentang keutamaan (baik-buruk) tersebut
akan memberikan arah pada remaja dalam membentuk identitas dirinya.
·
Tingkat
keberhasilan seseorang dapat mengungkap berbagai alternatif identitas diri.
Artinya, seberapa banyak seseorang itu mampu mengungkap dan menemukan pilihan
komponen-komponen isi pembentuk identitas dirinya. Semakin banyak alternative
pilihan dapat diungkap, baik melalui sumber-sumber bacaan, televise, maupun
melalui pengamatan terhadap objek-objek di lingkungan sekitarnya; semakin
lengkap pula komponen yang akan ikut membentuk identitas diri remaja tengah.
·
Kepribadian yang
dicapai pada masa preadolescent, juga
memberikan sumbangan yang sangat signifikan bagi proses pembentukan identitas
diri remaja. Maksudnya, bagaimana keadaan kepribadian pada sebelum masa remaja,
akan menjadi fondasi yang kuat untuk terbentuknya identitas diri. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Reese dkk (Dusek, 1977) bahwa tahap perkembangan satu
dengan tahap perkembangan yang lain merupakan kelanjutan.
Sumber Bacaan :
Berk, Laura E. (2012). Development Through The Lifespan Dari
Prenatal Sampai Masa Remaja, Transisi Menjelang Dewasa, Edisi Kelima. Terj
: Daryatno. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Santrock, John W.
(2003). Perkembangan Remaja. Terj :
Shinto B. Adelar & Sherly Saragih. Jakarta : Erlangga.