SPONSOR

Friday 16 September 2016

PENGERTIAN REMAJA

Menurut Mappiare (1982), secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir dimana masa remaja awal berada dalam usia 12 atau 13 tahun sampai 17 atau 18 tahun dan masa remaja akhir berada dalam rentang usia 17 atau 18 tahun sampai 21 atau 22 tahun (Gunarsa & Gunarsa, 1989).
Secara psikologis masa remaja merupakan suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, sehingga individu merasa bahwa dirinya sama dengan orang yang lebih tua dengan dirinya (Hurlock,1991). Pada masa ini, remaja akan mengalami perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual, sehingga remaja mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat yang lebih dewasa. Selain itu, aspek intelektual merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Ali & Astori, 2004).
Pada masa remaja, individu dihadapkan dengan tugas perkembangan yang difokuskan sebagai upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991), yaitu :
  1. Individu harus mampu menerima keadaan fisiknya.
  2. Individu mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. 
  3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. 
  4.  Mencapai kemandirian emosional. 
  5. Mencapai kemandirian ekonomi. 
  6. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orangtua.
  7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
  8. Memahami dan mempersiapkan berbagai tangung jawab kehidupan keluarga
  9. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk       memasuki dunia dewasa.
  10. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektiuual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat (Ali & Astori, 2004).
Pada masa remaja, biasanya seseorang mengalami perubahan emosional yang tidak stabil. Intensitas emosi mereka tampak berlebihan terhadap kejadian yang dapat memicu emosi tersebut. Mereka mungkin sering bersungut-sungut karena tidak mengetahui cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan mereka. Mereka mungkin akan marah kepada orangtua ataupun saudara mereka meskipun hanya karena sedikit provokasi atau bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini merupakan respon yang mungkin merefleksikan mekanisme pertahanan diri mereka dengan menempatkan perasaan mereka kepada orang lain. Untuk beberapa remaja, perubahan keadaan emosional tersebut bisa merefleksikan masalah yang serius. Secara khusus remaja wanita rentan terhadap depresi pada masa remaja (Santrock, 2007).
Naik turunnya emosi pada masa remaja awal mungkin terkait dengan variasi hormon pada masa ini. Ketika mereka beranjak dewasa, suasana hati mereka menjadi kurang ekstrim. Hal ini menurunkan tingkat fluktuasi emosi mereka yang menunjukkan adaptasi terhadap hormon-hormon. Cara mereka mengatur emosi dan suasana hati mungkin memainkan peranan yang sangat penting terhadap kesuksesan akademik mereka (Santrock, 2007).




Sumber Bacaan :  

Ali, Mohammad & Mohammad Astori. (2004). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : Bumi Aksara

Gunarsa, Singgih D. & J. Singgih D. Gunarsa. (1989). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta : PT BPK Agung Mulia

Santrock, John W. (2007). A topical approach to life-span development, 3th ed. New York : McGraw Hill
 

 


Wednesday 14 September 2016

PERBEDAAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI



KONSELING
PSIKOTERAPI
Banyak digunakan di kalangan pendidikan
Banyak digunakan oleh pekerja sosial, psikolog, dan psikiater
Lebih menekankan pada hal-hal yang sadar dan masa sekarang
Lebih menekankan pada masa lalu
Konseling terkait dengan masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan masalah, seperti hubungan interpersonal dan masalah peran
Menangani masalah-masalah disfungsi atau gangguan emosional yang parah
Berhubungan dengan orang-orang ‘normal’ yang masih dapat berfungsi dengan baik
Berhubungan dengan masalah gangguan jiwa yang lebih serius
Peran : sharing partner
Peran : ahli
Berdasarkan teori dan berlangsung dalam setting yang terstruktur
Berdasarkan insight
Klien belajar bagaimana membuat keputusan dan memformulasikan cara baru untuk bertingkah laku, merasa, dan berpikir
Terapis menyembunyikan dan tidak membeberkan nilai-nilai dan perasaan
Hubungan jangka pendek
Hubungan jangka panjang (20-40 sesi)
Perubahan-perubahan yang sifatnya suportif
Perubahan-perubahan yang sifatnya rekonstruktif
 
Sumber Bacaan :
Lesmana, Jeanette M. 2013. Dasar-dasar Konseling. Jakarta : Universitas Indonesia Press