Menurut Papalia, Old, & Felman (2008), empati merupakan kemampuan untuk memposisikan diri pada posisi orang lain dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Pendapat ini sejalan dengan Hurlock (1999) yang menyatakan bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Ioannidou & Konstantikaki (2008) menambahkan bahwa empati merupakan kemampuan untuk berbagi dan memahami pikiran dan emosi orang lain (Rahmawati, 2014).
Goleman (2007) mengatakan bahwa akar empati sudah
ada sejak bayi dilahirkan. Tanda-tanda awal empati yang dapat terlihat pada
masa tersebut terjadi pada suatu keadaan dimana seorang bayi akan menangis
ketika mereka mendengar bayi lain menangis. Contoh lain, yaitu pada keadaan
seorang anak yang berusia 1 tahun akan mengulum jarinya sendiri untuk
mengetahui apakah ia juga terluka ketika melihat bayi lain terluka jarinya.
Namun, kepekaan empati anak akan menghilang saat anak berusia 2,5 tahun ketika
anak mulai menyadari bahwa kepedihan orang lain berbeda dengan kepedihan mereka
sendiri dan mereka sudah pintar mencari penghiburan (Rahmawati, 2014).
Kemudian Papalia (2008) mengatakan bahwa empati
muncul pada tahun kedua dan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
umur. Seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan anak untuk memilah kondisi
mentalnya sendiri, mereka dapat merespon penderitaan anak lain layaknya
penderitaan tersebut milik mereka. Sedangkan Hurlock (1999) mengatakan bahwa
kemampuan empati mulai muncul pada masa akhir kanak-kanak awal, ketika anak
berusia sekitar 6 tahun (Rahmawati, 2014).
Pembelajaran empati pada anak usia dini harus
dilakukan dengan cara yang menyenangkan melalui permainan yang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak. Piaget mengatakan bahwa jenis permainan yang sesuai
untuk anak usia prasekolah adalah permainan sandiwara (pretend play), yaitu suatu permainan tentang orang dan situasi
imajiner. Metode pengajaran yang tepat untuk pembelajaran dengan menggunakan
permainan imajiner adalah metode bermain peran. Menurut Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan (2004) metode bermain peran merupakan metode yang dilakukan dengan
cara memperagakan suatu kegiatan secara singkat dengan tekanan utama pada karakter/sifat
orang. Ibrahim & Syaodih (2003) menambahkan bahwa metode bermain peran
merupakan metode yang digunakan dalam mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam hubunfan sosial dengan orang-orang di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Rahmawati, 2014).
EMPATI
1.
Pengetian Empati
Goleman (2007) menjelaskan bahwa istilah empati
berasal dari bahasa Yunani, yaitu empatheia,
yang berarti “ikut merasakan”. Istilah ini pada awalnya digunakan oleh para
teoritikus bidang estetika untuk menjelaskan tentang kemampuan memahami
pengalaman subjektif orang lain. Pada tahun 1920-an istilah empati dikenalkan
kembali dalam bahasa Inggris oleh E. B. Titchener, seorang ahli psikologi
Amerika menyatakan bahwa empati berasal dari semacam peniruan secara fisik atas
beban orang lain yang kemudian menimbulkan perasaan yang serupa dalam diri
seseorang (Rahmawati, 2014).
Pendapat lain dikemukakan oleh Batson dan Coke yang
mendefinisikan empati sebagai suatu keadaan emosional yang dimiliki oleh
seseorang yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh orang lain. Hanson (2007)
menambahkan bahwa empati merupakan perasaan dan pemahaman atas orang lain.
Menurut Koestner dan Franz (1990) kemampuan untuk dapat mengerti tentang
perasaan dan emosi orang lain merupakan persyaratan empati, namun kemampuan ini
tidak mengharuskan seseorang untuk secara nyata terlibat dalam perasaan atau
tanggapan orang tersebut. Sedangkan Sears, Fredman, dan Peplau (1991)
mengartikan empati sebagai perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain,
khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan
penderitaan orang lain (Rahmawati, 2014).
2.
Aspek-aspek Empati
Davis (1983) berpendapat bahwa aspek-aspek empati
terdiri dari :
a. Perspective taking,
yaitu kecenderungan seseorang untuk mengambil sudut pandang orang lain secara
spontan.
b. Fantasi, yaitu
kemampuan seseorang untuk mengubah diri mereka secara imajinatif dalam mengalami perasaan dan tindakan dari karakter khayal dalam buku, film, dan
sandiwara yang dibaca atau ditonton.
c. Emphati concern,
yaitu perasaan simpati yang berorientasi pada orang lain dan perhatian terhadap
kemalangan yang dialami orang lain.
d. Personal distress,
yaitu kecemasan pribadi yang berorientasi pada diri sendiri serta kegelisahan
dalam menghadapi setting interpersonal
yang tidak menyenangkan (Rahmawati, 2014).
Batson & Coke mengatakan bahwa dalam empati
terdapat beberapa aspek yang terdiri dari :
a.
Kehangatan,
yaitu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap hangat terhadap orang
lain.
b.
Kelembutan,
yaitu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap maupun bertutur kata
lemah lembut terhadap orang lain.
c.
Peduli, yaitu
sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan perhatian terhadap sesama
manusia maupun lingkungan di sekitarnya.
d.
Kasihan, yaitu
perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau belas kasih terhadap
orang lain (Rahmawati, 2014).
Williams, Berard, & Barchard (2005) menjelaskan
bahwa aspek empati terdiri dari :
a. Kegembiraan
responsif (responsive joy), yaitu
perasaan gembira dan bahagia yang dirasakan oleh individu ketika orang
terdekatnya mengalami kegembiraan dan kebahagiaan.
b. Kepedulian
empatik (empathic concern), yaitu
perasaan sedih dan duka yang dirasakan oleh individu ketika mengetahui ada
orang lain yang kurang beruntung dibandingkan dengan diri sendiri.
c. Distress
responsive (responsive distress),
yaitu perasaan tidak nyaman dan merasa terganggu dirasakan oleh individu ketika
mengetahui orang lain mengalami masalah (Rahmawati, 2014).
Sumber Bacaan :
Rahmawati, Anayanti.
(2014). “Metode Bermain Peran dan Alat Permainan Edukatif untuk Meningkatkan
Empati Anak Usia Dini”. Dalam Jurnal Pendidikan
Anak, Vol. 3, No. __, Hlm. 382-392. http://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/2875/2670 (Diakses Pada Senin, 28 Desember 2015 Pukul 08.47
WIB)
No comments:
Post a Comment